Dedhi Suharto
@dedhi_suharto
Penulis buku Qur'anic Quotient & Negarawan Qur'ani- Bismillahirrahmanirrahim, salah satu fenomena yang perlu kita waspadai adalah fenomena 'salah memosisikan diri'. Kadang berakibat fatal.
- Misal, kita 'salah memosisikan diri' saat membaca Al Qur'an. Dikiranya Al Qur'an itu untuk menunjuk2 orang lain, bukan untuk mengaca diri.
- Saat Al Qur'an bicara ttg orang kafir/munafik, kita larak-lirik. "Siapa nih yang katagorinya seperti itu?" pikir kita.
- Saat Al Qur'an bicara ttg karakter orang2 yang beriman, kita pun coba cari2,"Siapa ya yang punya karakter bagus itu?"
- Akibatnya, Al Qur'an tidak pernah menjadi cermin tempat kita mengaca. Itu mnyebabkan kita jln di tempat, bahkan mundur.
- Karena 'salah memosisikan diri', maka kita suka mengeksploitasi hal2 yg terkait pihak lain, bukan yg trkait diri sendiri.
- Para pemimpin akan bacain ayat2 yang ditujukan kepada para follower. "Lu mesti ta'at kepada gue, baca nih baca!"
- Para follower getol ngutip ayat2 yg terkait para pemimpin. "Ente mesti sabar, Ji. Mesti berhati lembut jadi pemimpin."
- Begitulah, ambil yang menguntungkan dan buang yang merugikan. Beriman sama ayat yang 1, dan cuwek sama ayat yg lain.
- Sikap pilah-pilih terhadap ayat berdasarkan hawa nafsu itu sangat dikecam oleh Al Qur'an. Karena hal tsb menyesatkan.
- Begitu juga kita 'salah memosisikan diri' dalam mengambil contoh dari Rasulullah SAW dan para sahabat. Yang menguntungkan kita eksploitasi.
- "Lho, dulu khan sahabat pernah menceraikan isterinya bbrp hari setelah nikah karena ada cacatnya?" kilahnya.
- Mengapa cuma yg gituan ente contoh? Lalu sahabat yg berdarah2 di medan perang gak ente contoh? Yg bener aje, sodare !
- Sikap #salahmemosisikan diri ini jelas telah merugikan ajaran agama yang agung. Itu fitnah thd agama. Bikin orang2 pada nyinyir.
- Karena itu, mestinya kita yang cinta kepada Allah SWT, harus mewaspadai #salahmemosisikan diri ini. Mulai dari diri kita dulu.
- Bacalah Al Qur'an dan hadits dalam konteks untuk meningkatkan kapasitas diri kita pribadi sbg pondasi bangunan umat.
- Yang sudah jadi pemimpin, bacalah ayat2 ttg pemimpin yang baik. Lalu berusahalah mengimplementasikan dalam kehidupan.
- Yang jadi rakyat, bacalah akhlak dalam berinteraksi yang baik dgn para pemimpin. Lalu implementasikan.
- Yang jadi suami baca ayat2 tg jawab suami, yang jadi isteri baca ayat2 kewajiban isteri. Jgn kebolakbalik ya.
- Yuk ambil posisi yang pas, jgn 'salah memosisikan diri'. Ingat, posisi menentukan prestasi. Salah posisi ancaman neraka menanti.
- Nah, semalam saya dapat curhat dari isteri atas fenomena 'salah memosisikan diri' yang ada dalam masyarakat.
- "Coba, Mas, apa yang dibicarakan dalam pengajian bapak2 itu," kata isteri saya."Wanita lagi yang dibahas."
- "Nanti di pengajian ibu-ibu, yang dibahas wanita lagi. Kapan bahas peran bapak2nya?"
- Begitulah, 'salah memosisikan diri' menjadikan pengajian bukan tempat inspirasi, tetapi sumber stress. Ini berbahaya.
- Mestinya dalam pengajian bapak2 yang dibahas soal2 sudahkah para bapak bertanggung jawab terhadap keluarganya.
- Membicarakan wanita di pengajian bapak2 hanyalah omong kosong yg tidak relevan. Sia-sia. Pantas umat dalam kebodohan.
- Satu hal lagi, sering dalam pngajian campuran dibahas mengenai poligami dlm canda yg berlebihan. Itu menyakiti wanita.
- Jadi sudah saatnya kita hentikan fenomena 'salah memosisikan diri' ini. Saya berharap #IndonesiaTanpaJIL bisa memelopori perubahan.
- Kita bangun pengajian2 yang mampu membangun peradaban karena para ustadznya tidak 'salah memosisikan diri'.
- Semoga pengajian2 kita terperbaiki. Jadi inspirasi dlm membangun peradaban baru yg maju, modern, & membahagiakan. End.
copy : pkspiyungan.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar